BERIKUT RINGKASAN AJARAN SESAT/HERESI ARIANISM
1: Kristus Sang Putera tidak sama-sama kekal (tak berawal dan berakhir) dengan Bapa,
melainkan mempunyai sebuah awal.
melainkan mempunyai sebuah awal.
2: Kristus Sang Putera tidak sehakekat dengan Allah Bapa.
3: Allah Bapa secara tak terbatas lebih mulia dari pada Kristus Sang Putera.
4: Kristus Sang Putera adalah seorang ciptaan, yang diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, berupa kodrat malaikat (super-archangel) yang tidak sehakekat dengan Allah Bapa.
5: Tuhan bukan Trinitas secara kodratnya.
6: Kristus Putera Allah bukan Putera Allah secara kodrati, tetapi Putera angkat.
7: Kristus Putera Allah diciptakan dengan kehendak bebas Allah Bapa.
8: Kristus Putera Allah tidak tanpa cela, tetapi dapat secara kodrati berubah/ berdosa.
9: Kristus Putera Allah tidak dapat memahami Allah Bapa.
10: Jiwa dari Kristus Putera Allah yang sudah ada sebelumnya (dari super archangel tersebut) mengambil tempat jiwa manusia dalam kemanusiaan Yesus.
Maka menurut Arius, Kristus adalah bukan sungguh-sungguh Allah, namun juga bukan sungguh-sungguh manusia (sebab jiwanya bukan jiwa manusia). Sebagai dasarnya Arius mengambil ayat Yoh Yoh 1:14, “Firman itu menjadi manusia/ “the Word was made flesh”, dan ia berkesimpulan bahwa Firman itu hanya menjelma menjadi daging saja tetapi tidak jiwanya. Prinsip ini kemudian juga diikuti oleh Apollinaris (300-390).
Ajaran sesat ini diluruskan melalui Konsili Nicea (325) yang dihadiri oleh sekitar 300 uskup. Ajaran Arius ini dikecam, dan dianggap sebagai inovasi radikal. Maka dibuatlah suatu pernyataan Credo, untuk mempertahankan ajaran para rasul, yaitu Kristus adalah ''SEHAKEKAT DENGAN BAPA''Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.” Pada waktu penandatanganan ajaran ini, hampir semua dari para uskup tersebut setuju, hanya terdapat 17 uskup yang enggan bersuara, namun kenyataannya hanya 2 orang uskup yang menolak, ditambah dengan Arius sendiri.
Konsili Nicea ini sering disalah mengerti oleh umat non-Kristen, sebab mereka menyangka bahwa baru pada tahun 325 Yesus dinobatkan sebagai Tuhan. Ini salah besar, sebab pernyataan Kristus sehakekat dengan Allah tersebut dibuat untuk meluruskan ajaran sesat Arianism dan untuk menegaskan kembali iman Gereja yang berasal dari pengajaran para rasul. Maka kita mengenal pernyataan itu sebagai “Syahadat Para Rasul”, karena memang dalam syahadat tersebut tercantum pokok-pokok iman yang diajarkan oleh para rasul.
Perjuangan melawan bidaah Arianism kemudian dilanjutkan oleh St. Athanasius (296-373). Ajaran St. Athanasius yang terkenal adalah bahwa kalau Kristus mempunyai awal mula, maka artinya ada saat bahwa Allah Bapa bukan Allah Bapa, dan di mana Allah Bapa tidak punya Sabda ataupun Kebijaksanaan….Ini jelas bertentangan dengan Wahyu Allah dan akal sehat. “Sebab jika Allah Bapa itu kekal, tak berawal dan tak berakhir maka Sabda-Nya dan Kebijaksanaan-Nya pasti juga kekal, tak berawal dan berakhir.”
Demikian yang dapat saya tuliskan mengenai bidaah/ heresi Arianism. Bidaah ini tidak menyebutkan secara khusus tentang Roh Kudus dan menghubungkannya dengan malaikat Gabriel/ Jibril. Namun melalui sejarah kita mengetahui bahwa sudah sejak abad awal ada orang-orang yang berusaha menyederhanakan konsep Trinitas, dan misteri ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus.
Dengan mempelajari sejarah Gereja, kita mengetahui betapa pentingnya peran Paus dan para uskup untuk mempertahankan kemurnian ajaran Alkitab dan para rasul, yang memang sering disalah-artikan oleh interpretasi pribadi orang-orang tertentu. Semoga kita semua dapat mempunyai kerendahan hati untuk menerima pengajaran dari para penerus rasul dalam Magisterium Gereja Katolik, dan dengan demikian menerima kemurnian pengajaran Alkitab sesuai dengan pengajaran Tuhan Yesus dan para rasul-Nya.
II: HERESI SEPANJANG SEJARAH GEREJA DAN TANGGAPAN DARI PARA BAPA GEREJA.
Berikut ini adalah ajaran-ajaran sesat dan faham sesatnya yg sering digunakan untuk menyerang KAUM KRISTIANI, dan yang terjadi di sepanjang sejarah Gereja yang berusaha menyederhanakan misteri ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus berserta dengan tanggapan dari para Bapa Gereja untuk ‘meluruskannya’, yang jika diringkas demikian:
I: DOCETISM, GNOSTICISM-MANICHAESM: (abad ke- 1-3): menolak kemanusiaan Yesus: Penderitaan Yesus di salib dianggap sebagai “kepura-puraan”/ sham bukan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi.
TANGGAPAN PARA BAPA GEREJA MENGENAI AJARAN SESAT, DOCETISM GNOSTICISM-MANICHAESM:
St. Ignatius dari Antiokhia (35- 110), “Hanya ada satu Tabib yang aktif dalam tubuh dan jiwa…. Tuhan di dalam manusia, hidup sejati dalam kematian, putera Maria dan Putera Allah, yang pertama [sebagai putera Maria] dapat menderita, sedang yang kemudian [ sebagai Putera Allah] tidak dapat menderita, Yesus Kristus, Tuhan kita.”. Kesaksian St. Ignatius adalah sangat penting, karena ia adalah murid rasul Yohanes, yang adalah murid yang dikasihi oleh Yesus.
St. Cyril dari Yerusalem (313-386), “Maka percayalah kepada Putera Tunggal Allah yang demi menebus dosa kita turun ke dunia, dan mengambil bagi-Nya kodrat manusia seperti kita, dan dilahirkan oleh Perawan Maria dan dari Roh Kudus, dan menjadi manusia, tidak hanya kelihatannya saja atau hanya seperti sandiwara/ “show“, melainkan sungguh-sungguh terjadi; tidak hanya sekedar lewat melalui Perawan Maria seperti melalui sebuah saluran; tetapi daripadanya dibuat menjadi sungguh-sungguh daging, dan [Ia] makan dan minum seperti kita. Sebab jika Inkarnasi hanya sebuah bayangan, maka keselamatan kita hanyalah sebuah bayangan juga. Kristus terdiri dari dua kodrat, Manusia di dalam apa yang terlihat, namun [juga] Tuhan di dalam apa yang tak terlihat. Sebagai manusia [Ia] sungguh-sungguh makan seperti kita,…. namun sebagai Tuhan [Ia] memberi makan lima ribu orang dari lima buah roti (Mat 14:17- dst).
II: ADOPTIONISM (abad ke- 2 dan 3) menolak ke-Allahan Kristus. Kristus
dianggap sebagai anak adopsi Allah Bapa, namun sebagai anak yang
terbesar.
TANGGAPAN PARA BAPA GEREJA MENGENAI AJARAN SESAT ADOPTIONISM.
Tertullian (160- 220) dalam menjelaskan Inkarnasi berkata, “Kita melihat dengan jelas dua hal yang menjadi satu, yang tidak tercampur baur, tetapi yang disatukan di dalam satu Pribadi, Yesus Kristus, Tuhan dan manusia …. Kedua kodrat ini bertindak berbeda sesuai dengan karakternya masing-masing, ….”
St. Thomas Aquinas (1225-
1274): “Ada orang-orang, seperti Ebion dan Cerinthus, dan kemudian Paul
Samosata dan Photius yang mengakui kemanusiaan Yesus saja. Tetapi,
ke-Allahan ada di dalam Dia… dengan semacam partisipasi yang istimewa
terhadap kemuliaan ilahi… Pandangan ini [Adoptionism] merusak misteri
Inkarnasi, karena menurut pandangan ini, Tuhan tidak mungkin mengambil
daging untuk menjadi manusia, tetapi seorang manusia yang kemudian
menjadi Allah.”
Heresi ini [Adoptionism] seolah berkata, “manusia dibuat menjadi
Firman” daripada “Firman itu menjadi manusia” (Yoh 1:14). “Jika Kristus
bukan sungguh-sungguh Tuhan, bagaimana kita mengartikan perkataan St.
Paul, “Ia mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba?” (Flp 2: 6-7,
9).
III: ARIANISM (abad ke 3 -4) menolak Allah Tritunggal. Kristus dianggap bukan Tuhan, namun sebagai malaikat yang tertinggi (super angel). Lebih lanjut tentang heresi Arianism ini.
AJARAN/HERESI SESAT INI KEMUDIAN DILURUSKAN OLEH:
St. Athanasius
(296-373), “Putera Allah ada di dalam Allah Bapa …. Bapa ada di dalam
Putera. Mereka adalah satu, tidak terbagi menjadi dua, tetapi mereka
[dikatakan] dua karena Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian
sebaliknya; dan kodrat mereka [Bapa dan Putera] adalah satu. Allah
Putera adalah Tuhan, dalam satu hakekat (homo- ousios) dengan
Allah Bapa. Jika Allah Putera mempunyai awal (artinya diciptakan oleh
Bapa), maka terdapat suatu waktu di mana Allah tidak mempunyai Sabda
atau Kebijaksanaan yang adalah cahaya kemuliaan-Nya (Ibr 1:3); ini
bertentangan dengan wahyu Allah maupun akal sehat. Karena Bapa itu tetap selamanya, maka Sabda-Nya dan Kebijaksanaan-Nya pasti juga tetap selamanya.”
St. Gregorius Nazianzen
(328-389), “…Putera Allah berkenan untuk menjadi dan dipanggil sebagai
Anak Manusia, tidak karena Ia mengubah Diri-Nya (karena Ia tidak dapat
berubah); tetapi dengan mengambil bagi diri-Nya sesuatu yang bukan Dia
(yaitu manusia, sebab Ia penuh dengan kasih kepada manusia), sehingga
Yang tak terpahami menjadi dapat dipahami…. Maka Yang tak dapat
tercampur menjadi tercampur, Roh dengan daging, Kekekalan dengan
waktu,…. Ia yang tak dapat menderita menjadi dapat menderita, yang Kekal
dapat menjadi mati. Karena Iblis ….setelah ia menipu kita dengan
harapan agar kita menjadi tuhan, ia mendapatkan dirinya sendiri tertipu
oleh penjelmaan Tuhan dalam kodrat manusia; sehingga dengan menipu Adam…
Ia harus berhadapan dengan Tuhan, maka Adam yang baru [Yesus Kristus]
menyelamatkan Adam yang lama…..”
Konsili Nicea (325) yang menghasilkan Credo Nicea: Kristus adalah “sehakekat dengan Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.”
IV: APOLLINARISME (abad ke-4) yang menolak kemanusiaan Yesus dengan
mengajarkan bahwa Yesus tidak mempunyai jiwa manusia; ke-Allahan-Nya
menggantikan jiwa manusia itu.
TANGGAPAN DARI PARA BAPA GEREJA MENGENAI AJARAN SESAT APOLLINARISME:
St Athanasius, St. Basil, St. Gregorius Nazianzen dan St. Gregorius dari Nissa
(abad ke-4) yang mengajarkan, bahwa kalau Kristus tidak mempunyai jiwa
manusia, maka Ia bukan sungguh-sungguh manusia. Jika Kristus tidak
mengangkat/ mengambil baginya jiwa manusia, Ia tidak dapat menebus jiwa
manusia.
Konsili Konstantinopel
(381) dan Sinode Uskup di Roma (382): Sabda Tuhan tidak menjadi daging
untuk menggantikan jiwa manusia, melainkan untuk mengambilnya,
menjaganya dari dosa dan untuk menyelamatkannya. Pengajaran Apollinaris
dinyatakan sesat.
V: NESTORIANISME (abad ke-4-5) yang menolak keutuhan Pribadi Yesus. Maka
Maria dilihat hanya sebagai ibu Yesus sebagai manusia, bukan ibu Yesus
yang adalah Tuhan. Yesus dikatakan sebagai hanya “TEMPLE OF LOGOS” dan bukannya “LOGOS“/ Sabda itu sendiri.
TANGGAPAN DARI PARA BAPA GEREJA MENGENAI AJARAN SESAT NESTORIANISME:
St. Cyril dari Alexandria (380-444) menjelaskan bahwa Maria adalah Bunda Allah sebab Kristus adalah Allah:
“Saya heran akan pertanyaan yang menanyakan apakah Perawan Suci harus
disebut sebagai Bunda Allah, sebab itu hampir sama dengan menanyakan
apakah Puteranya Putera Allah atau bukan?”.
Ia mengambil baginya kodrat kemanusiaan secara penuh dari Bunda Maria
supaya Ia dapat menderita dalam kemanusiaan-Nya bagi kita. “Ia
memberikan tubuh-Nya untuk mati [bagi kita], meskipun secara kodrat-Nya
[sebagai Allah] Ia adalah hidup dan kebangkitan.”
Kemudian dalam surat keduanya yang dibacakan dalam Konsili Efesus (431)
St. Cyril mengajarkan, “Sang Sabda, setelah menyatukan secara
hypostatik dalam Diri-Nya, daging yang dihidupi oleh jiwa manusia yang
rasional, Ia menjadi manusia dan disebut sebagai Anak Manusia.” Dengan
Inkarnasi, maka Putera Allah menjelma menjadi manusia dalam rahim Maria.
Ini terjadi dalam saat yang berasamaan, sehingga bukan terjadi manusia
terlebih dahulu, baru kemudian Sabda itu turun memenuhinya. Dengan
demikian, maka Yesus dapat mengatakan bahwa kelahiran-Nya dalam daging
itu sungguh-sungguh adalah kelahiran-Nya.
“Maka para Bapa Gereja tidak
segan-segan mengatakan bahwa Perawan Suci (Maria) adalah Bunda Allah.”
Maka kita dapat mengatakan bahwa pada
Yesus terjadi dua macam ‘kelahiran’, yang pertama adalah sebagai Allah,
Ia lahir/ berasal dari Bapa sebelum segala abad, dan yang kedua, Ia
lahir sebagai manusia melalui Bunda Maria.
VI: MONOPHISITISM (abad ke-5) yang menolak adanya kemanusiaan Kristus, dan
adanya dua kodrat dalam diri Yesus (sebagai Allah dan manusia).
Dikatakan oleh bidaah ini bahwa sebelum inkarnasi ada dua kodrat, namun
setelah inkarnasi hanya satu, yaitu ke-Allahan-Nya.
TANGGAPAN DARI PARA BAPA GEREJA MENGENAI AJARAN SESAT MONOPHISITISM:
St. Leo Agung (440-461) dengan tulisannya yang terkenal, “Tome of Leo”
mengajarkan, “Tanpa kehilangan sifat-sifat yang berkenaan dengan kodrat
dan hakekatnya, di dalam Satu Pribadi, kemuliaan mengambil kerendahan,
kekuatan mengambil kelemahan, kekekalan mengambil kematian, dan untuk
membayar hutang yang menjadi kondisi kita, kodrat yang tidak bisa
berubah disatukan dengan kodrat yang bisa berubah, sehingga untuk
memenuhi kepentingan kita, satu Pengantara kita antara Allah dan
manusia, [yaitu] Manusia Yesus Kristus, dapat mati dengan kodrat-Nya
sebagai manusia, namun tidak dapat mati dengan kodrat-Nya sebagai Allah.
Maka Allah yang benar sungguh lahir di dalam keseluruhan dan
kesempurnaan kodrat manusia, lengkap di dalam segala sesuatunya sebagai
Allah, dan lengkap di dalam segala sesuatunya sebagai manusia…..
Dia mengambil rupa seorang hamba tanpa noda dosa, Ia menaikkan kodrat
manusia, tanpa mengurangi kodrat ke-Allahan-Nya: sebab pengosongan
Dirinya adalah dengan membuat Yang tak kelihatan menjadi kelihatan,
Pencipta dan Tuhan atas segala sesuatu mau menjadi mahluk ciptaan,
adalah perendahan Diri bukan karena kegagalan kuat kuasa-Nya namun
karena pernyataan belas kasihan-Nya…Kedua kodrat [ke- Allahan dan
ke-manusiaan-Nya] tetap mempertahankan karakter yang sesuai tanpa
menghilangkan satu sama lain…. ke-AllahanNya tidak menghapuskan karakter
hamba, ke-hamba-anNya tidak mengurangi karakter ke-Allahan-Nya…Di dalam
kelahiran-Nya yang baru [sebagai manusia] … Ia yang tidak kelihatan
dibuat menjadi kelihatan… Allah semesta alam mengambil rupa seorang
hamba, menyembunyikan kemuliaan-Nya yang besarnya tak terhingga, … Ia
yang kekal tidak segan untuk tunduk di bawah hukum kematian…. Sebab
setiap kodrat melakukan apa yang sesuai dengan kodratnya dengan
keterlibatan yang timbal balik dari kodrat lainnya…. Kodrat yang satu
[ke-Allahan] berkilau dengan mukjizat-mukjizat, kodrat yang lain
[kemanusiaan] jatuh dalam luka-luka. Seperti Sabda yang tidak menarik
diri dari kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa yang mulia, maka tubuh-Nya
juga tidak membuang kodrat-Nya sebagai manusia. Sebab (dan ini harus
disebut lagi dan lagi) Pribadi yang satu dan sama itu adalah sungguh
Putera Allah dan sungguh Putera manusia.
Konsili Chalcedon (451):
“…. Bahwa Sang Putera, Tuhan Yesus Kristus kita, adalah satu dan sama, sama sempurna di dalam Ke-Allahan-Nya dan sama sempurna di dalam kemanusiaan-Nya, sungguh Allah, sungguh manusia, mempunyai jiwa manusia yang rasional dan sebuah tubuh, sehakekat dengan Bapa di dalam ke-Allahan dan sehakekat dengan kita di dalam kemanusiaan, ‘sama dengan kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa’ (Ibr 4:15), berasal dari Bapa sebelum segala abad dalam kodrat ke-Allahan-Nya, lahir di dalam waktu bagi kita dan bagi keselamatan kita dari Perawan Maria, Bunda Allah, dalam kodrat kemanusiaan-Nya. Kita mengakui Kristus yang satu dan sama, Sang Putera, Tuhan, yang Tunggal, di dalam dua kodrat, tanpa tercampur baur, tanpa perubahan, tidak dapat dibagi-bagi dan dipisahkan. Perbedaan kodrat tidak pernah dihapuskan dengan persatuannya, melainkan sifat-sifat dari kedua kodrat itu yang tetap tidak terganggu, keduanya bersama-sama membentuk satu Pribadi dan hakekat (hypostasis), tidak terbagi menjadi dua pribadi, tetapi di dalam Putera Tunggal yang satu dan sama, Sabda Ilahi, Tuhan Yesus Kristus….”
“…. Bahwa Sang Putera, Tuhan Yesus Kristus kita, adalah satu dan sama, sama sempurna di dalam Ke-Allahan-Nya dan sama sempurna di dalam kemanusiaan-Nya, sungguh Allah, sungguh manusia, mempunyai jiwa manusia yang rasional dan sebuah tubuh, sehakekat dengan Bapa di dalam ke-Allahan dan sehakekat dengan kita di dalam kemanusiaan, ‘sama dengan kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa’ (Ibr 4:15), berasal dari Bapa sebelum segala abad dalam kodrat ke-Allahan-Nya, lahir di dalam waktu bagi kita dan bagi keselamatan kita dari Perawan Maria, Bunda Allah, dalam kodrat kemanusiaan-Nya. Kita mengakui Kristus yang satu dan sama, Sang Putera, Tuhan, yang Tunggal, di dalam dua kodrat, tanpa tercampur baur, tanpa perubahan, tidak dapat dibagi-bagi dan dipisahkan. Perbedaan kodrat tidak pernah dihapuskan dengan persatuannya, melainkan sifat-sifat dari kedua kodrat itu yang tetap tidak terganggu, keduanya bersama-sama membentuk satu Pribadi dan hakekat (hypostasis), tidak terbagi menjadi dua pribadi, tetapi di dalam Putera Tunggal yang satu dan sama, Sabda Ilahi, Tuhan Yesus Kristus….”
VII: MONOTHELITISM (abad ke-7) yang menolak kemanusiaan
Yesus dengan mengatakan bahwa di dalam diri Yesus hanya ada satu keinginan dan satu prinsip tingkah laku/ operasi, yaitu yang dari Allah saja.
TANGGAPAN DRI PARA BAPA GEREJA MENGENAI AJARAN SESAT MONOTHELITISM:
St. Paus Agatho
(678-681), “…”Sebab kami menolak penghujatan yang membagi-bagi dan yang
mencampuradukkan [kedua kodrat dalam Diri Yesus]…. Karena Tuhan Yesus
Kristus yang sama mempunyai dua kodrat, maka Ia juga mempunyai dua keinginan dan dua operasi,
yaitu [menurut] Allah dan manusia: Keinginan dan operasi Ilahinya
sesuai dengan hakekat Allah sepanjang segala abad: sedangkan
kemanusiaan-Nya, Ia menerima dari kita, mengambil kodrat kita di dalam
waktu…. Sesudah Inkarnasi-Nya, maka ke-Allahan-Nya tidak dapat
dipikirkan tanpa kemanusiaan-Nya dan kemanusiaan-Nya tanpa
ke-Allahan-Nya.”
Konsili Lateran (649):
Cann. 10- 11 mengajarkan bahwa Yesus mempunyai dua kehendak dan operasi [Allah dan manusia] yang disatukan secara terus menerus, dan bahwa melalui kehendak bebas-Nya dan operasi-Nya itulah Ia mengerjakan keselamatan kita.
Cann. 10- 11 mengajarkan bahwa Yesus mempunyai dua kehendak dan operasi [Allah dan manusia] yang disatukan secara terus menerus, dan bahwa melalui kehendak bebas-Nya dan operasi-Nya itulah Ia mengerjakan keselamatan kita.
Konsili Konstantinopel III (680-681):
“Dan kami menyatakan adanya dua keinginan di dalam Dia, dan dua prinsip operasi tindakan yang tidak mengalami pembagian, perubahan, keterpisahan, pencampur-adukkan sesuai dengan pengajaran para Bapa Gereja. Dan kedua keinginan tersebut tidak dalam pertentangan, seperti yang dikatakan oleh para bidat, … tetapi keinginan manusia-Nya mengikuti dan tidak menahan ataupun berebut, melainkan taat kepada keinginan Ilahi yang mahakuasa.”
“Dan kami menyatakan adanya dua keinginan di dalam Dia, dan dua prinsip operasi tindakan yang tidak mengalami pembagian, perubahan, keterpisahan, pencampur-adukkan sesuai dengan pengajaran para Bapa Gereja. Dan kedua keinginan tersebut tidak dalam pertentangan, seperti yang dikatakan oleh para bidat, … tetapi keinginan manusia-Nya mengikuti dan tidak menahan ataupun berebut, melainkan taat kepada keinginan Ilahi yang mahakuasa.”
VIII: AGNOETAE (abad ke-6) yang menolak kepenuhan pengetahuan Yesus sebagai manusia
sebagai akibat dari persekutuannya dengan Allah (sehubungan dengan akhir
jaman Mrk 13:32).
TANGGAPAN DARI PARA BAPA GEREJA MENGENAI AJARAN SESAT AGNOETAE:
St. Paus Gregorius Agung (540-604):
“Allah Putera yang Mahatahu mengatakan bahwa Ia tidak tahu harinya [akhir jaman, sehingga] Ia tidak menyatakannya, bukan disebabkan oleh sebab Ia sendiri tidak tahu, tetapi karena Ia tidak mengizinkan hal tersebut diketahui sama sekali…. Putera Tunggal Allah yang menjelma menjadi manusia yang sempurna untuk kita, pasti mengetahui hari dan saatnya Penghakiman Terakhir di dalam diriNya sebagai manusia, namun demikian Ia tidak mengetahui hal itu dari kapasitasnya sebagai manusia…. Sebab untuk maksud apa bahwa Ia yang menyatakan DiriNya sebagai Kebijaksanaan Allah yang menjelma, jika ada sesuatu yang tidak diketahui olehNya sebagai Kebijaksanaan Allah? … Juga tertulis bahwa, …. Allah Bapa menyerahkan segala sesuatu ke dalam tanganNya [Yesus Kristus di dalam Yoh 13:3]. Jika disebutkan segala sesuatu, tentu termasuk hari dan saat Penghakiman Terakhir. Siapa yang begitu naif untuk mengatakan bahwa Allah Putera menerima di dalam tangan-Nya sesuatu yang tidak diketahui olehNya?”
“Allah Putera yang Mahatahu mengatakan bahwa Ia tidak tahu harinya [akhir jaman, sehingga] Ia tidak menyatakannya, bukan disebabkan oleh sebab Ia sendiri tidak tahu, tetapi karena Ia tidak mengizinkan hal tersebut diketahui sama sekali…. Putera Tunggal Allah yang menjelma menjadi manusia yang sempurna untuk kita, pasti mengetahui hari dan saatnya Penghakiman Terakhir di dalam diriNya sebagai manusia, namun demikian Ia tidak mengetahui hal itu dari kapasitasnya sebagai manusia…. Sebab untuk maksud apa bahwa Ia yang menyatakan DiriNya sebagai Kebijaksanaan Allah yang menjelma, jika ada sesuatu yang tidak diketahui olehNya sebagai Kebijaksanaan Allah? … Juga tertulis bahwa, …. Allah Bapa menyerahkan segala sesuatu ke dalam tanganNya [Yesus Kristus di dalam Yoh 13:3]. Jika disebutkan segala sesuatu, tentu termasuk hari dan saat Penghakiman Terakhir. Siapa yang begitu naif untuk mengatakan bahwa Allah Putera menerima di dalam tangan-Nya sesuatu yang tidak diketahui olehNya?”
St. Maximus (580-662):
Jika para nabi saja dapat mengetahui hal- hal di masa depan yang akan terjadi, betapa lebih lagi Kristus dapat mengetahui semua itu melalui kesatuan-Nya dengan Sang Sabda.
Jika para nabi saja dapat mengetahui hal- hal di masa depan yang akan terjadi, betapa lebih lagi Kristus dapat mengetahui semua itu melalui kesatuan-Nya dengan Sang Sabda.
KESIMPULAN:
Memang jika seseorang menutup mata terhadap kenyataan sejarah dan pengajaran para Bapa Gereja, ia dapat menginterpretasikan suatu ayat, sesuai dengan pengertiannya sendiri. Atau bahkan dengan berani mengatakan bahwa yang paling benar adalah pengertiannya sendiri dan semua pengertian para Bapa Gereja (dan bahkan para rasul) itu keliru semua. Jika kita pernah berpikir demikian, mungkin ada baiknya kita menilik ke dalam batin kita, dan mohon kepada Roh Kudus karunia kerendahan hati, untuk jujur melihat ke dalam diri kita. Semoga kita dapat melihat begitu banyaknya keterbatasan yang kita miliki dalam pemahaman Alkitab, dan justru karena itu, kita perlu dengan rendah hati mempelajari dan melihat dengan hati terbuka terhadap semua pengajaran yang diberikan oleh orang- orang yang lebih mendalami Sabda Tuhan daripada kita. Dan semoga kita dapat dengan lapang hati melihat bahwa mereka yang paling mengenal Pribadi Yesus adalah mereka yang pernah hidup, makan, berjalan bersama Yesus, yaitu Bunda Maria Santo Yusuf dan dan para rasul.
Pengajaran para rasul itulah yang diteruskan oleh para Bapa Gereja dan Magisterim Gereja Katolik dengan setia, dan jika kita ingin mengenal dan mengasihi Kristus, maka sudah selayaknya kita belajar dari mereka. Jika mereka mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia sewaktu hidup-Nya di dunia, maka siapakah kita untuk mengatakan sesuatu yang lain daripada itu?
SALAM DAMAI KRISTUS
" שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד "
BalasHapus" ואהבתא את יהוה אלהיך בכל לבבך ובכל נפשך ובכל מאדך "
" ואהבתא לרעך כמוך "
⬇
" Shema Yisrael: YHWH ( Adonai ) Eloheinu: YHWH ( Adonai ) ekhad
"V'ahavta et YHWH ( Adonai ) Eloheikha bekol levavkha uvkol nafsheka uvkol meodekha '
V'ahavta lereakha kamokha
⬇
" Dengarlah hai Israel: YHWH ( Adonai ) Elohim kita YHWH ( Adonai ) itu satu "
" Dan kasihilah YHWH ( Adonai ) Elohimmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu "
" Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
( Ulangan 6 : 4 - 5, Imamat 19 : 18, Markus 12 : 29 - 31 )
☝�� Yeshua ( ישוע, nama Ibrani Yesus ) pernah mengutip ayat-ayat ini ketika ditanya oleh seorang Ahli Torah / Soferim ( ספרים ) tentang hukum manakah yang lebih utama.
��✡��✝��
Ajaran yg ruwet
BalasHapusAjaran yg ruwet
BalasHapusAjaran yg ruwet
BalasHapusArius ajaran yang benar
BalasHapusTuhannya allah yang esa(tidak ada tuhan selain allah)
Jesus nabinya
Kudus penyampai wahyu
Maryam orang yang dirahmati
#SalamJesusMuslim
kata alquran Isa itu Tuhan
HapusInikah alasan mengapa Jesus akan kembali ke dunia untuk kedua kalinya? Karena untuk menjawab Misteri Trinitas. Jadi Trinitas memang misteri alias belum pasti kebenarannya
BalasHapus